NKRI

INDONESIA.

HUR RI

Dirgahayu Indonesia.

Media Ilmu.

https://mediailmupandu.blogspot.com

Pancasila

Dasar Negara.

Pendidikan

Education.

Friday 10 April 2015

Mohammad Yamin

             
Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia
               Mohammad Yamin dilahirkan di Talawi, Sawahlunto pada 23 Agustus 1903. Ia merupakan putra dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari Sawahlunto dan Padang Panjang. Ayahnya memiliki enam belas anak dari lima istri, yang hampir keseluruhannya kelak menjadi intelektual yang berpengaruh. Saudara-saudara Yamin antara lain : Muhammad Yaman, seorang pendidik; Djamaluddin Adinegoro, seorang wartawan terkemuka; dan Ramana Usman, pelopor korps diplomatik Indonesia. Selain itu sepupunya, Mohammad Amir, juga merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Yamin mendapatkan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Palembang, kemudian melanjutkannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta. Di AMS Yogyakarta, ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti Yunani, Latin, dan Kaei. Namun setelah tamat, niat untuk melanjutkan pendidikan ke Leiden, Belanda harus diurungnya dikarenakan ayahnya meninggal dunia. Ia kemudian menjalani kuliah di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia), dan berhasil memperoleh gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) pada tahun 1932.
                Mohammad Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an semasa dunia sastra Indonesia mengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ditulis menggunakan bahasa Melayu dalam jurnal Jong Sumatera, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada tahun 1920. Karya-karya terawalnya masih terikat kepada bentuk-bentuk bahasa Melayu Klasik. Pada tahun 1922, Yamin muncul untuk pertama kali sebagai penyair dengan puisinya, Tanah Air; yang dimaksud tanah airnya yaitu Minangkabau di Sumatera. Tanah Air merupakan himpunan puisi modern Melayu pertama yang pernah diterbitkan. Himpunan Yamin yang kedua, Tumpah Darahku, muncul pada 28 Oktober 1928. Karya ini sangat penting dari segi sejarah, karena pada waktu itulah Yamin dan beberapa orang pejuang kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal. Dramanya, Ken Arok dan Ken Dedes yang berdasarkan sejarah Jawa, muncul juga pada tahun yang sama.Dalam puisinya, Yamin banyak menggunakan bentuk soneta yang dipinjamnya dari literatur Belanda. Walaupun Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, ia masih lebih menepati norma-norma klasik Bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi penulis yang lebih muda. Ia juga menerbitkan banyak drama, esei, novel sejarah, dan puisi. Ia juga menterjemahkan karya-karya William Shakespeare (drama Julius Caesar) dan Rabindranath Tagore.
                   Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu ia bergabung dalam organisasi Jong Sumatranen Bond[3] dan menyusun ikrah Sumpah Pemuda yang dibacakan pada Kongres Pemuda II. Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional Indonesia. Melalui organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia. Pada tahun 1932, Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian bekerja dalam bidang hukum di Jakarta hingga tahun 1942. Pada tahun yang sama, Yamin tercatat sebagai anggota Partindo. Setelah Partindo bubar, bersama Adenan Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, ia mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Tahun 1939, ia terpilih sebagai anggota Volksraad. Semasa pendudukan Jepang (1942-1945), Yamin bertugas pada Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara. Ia juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timor Portugis, serta semua wilayah Hindia Belanda. Soekarno yang juga merupakan anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia yang pertama, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya.
                     Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota DPR sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951-1952), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–1955), Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962) dan Menteri Penerangan (1962-1963). Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Yamin membebaskan tahanan politik yang dipenjara tanpa proses pengadilan. Tanpa grasi dan remisi, ia mengeluarkan 950 orang tahanan yang dicap komunis atau sosialis. Atas kebijakannya itu, ia dikritik oleh banyak anggota DPR. Namun Yamin berani bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Kemudian disaat menjabat Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian univesitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Diantara perguruan tinggi yang ia dirikan adalah Universitas Andalas di Padang, Sumatera Barat.

Wednesday 8 April 2015

Nomophobia ?

Apakah Anda merasa takut dan cemas bila tidak berada dekat dengan ponsel Anda?
Bila jawabannya “ya”, ada kemungkinan Anda mengidap apa yang dimanamakan Nomophobia.

Apa itu nomophobia? Nomophobia mungkin menjadi istilah yang masih sangat asing di telinga kita. Istilah nomophobia yang merupakan singkatan dari no mobile phone phobia ini sebenarnya ditujukan bagi mereka yang merasa takut kehilangan ponsel dan merasa tidak bisa jauh dari ponselnya. Perasaan tersebut merupakan sindrom ketakutan berlebihan dan perasaan cemas yang timbul bila tidak berada di dekat ponselnya. Saat ini, sindrom nomophobia semakin hari kian banyak dialami orang. Alasan utamanya adalah karena perilaku orang-orang saat ini yang memang begitu dekat dan sangat akrab dengan yang namanya ponsel.
Mungkin kita juga sudah menjadi seorang nomophobia ketika kita mengalami khawatir yang berlebihan jika ponsel kita hilang atau tidak sedang bersama dengan kita. Sebenarnya di era perkembangan teknologi seperti sekarang ini sindrom ini wajar terjadi. Hal ini karena kita dibuat secara tidak langsung bergantung pada ponsel kita.
Bagi beberapa orang ponsel sepertinya telah menjadi bagian yang sangat penting dalam hidup mereka selayaknya seorang teman dekat. Ponsel seperti sudah menjadi kebutuhan utama. Melakukan apapun bisa lewat ponsel, mulai dari sekedar berkirim pesan, melakukan percakapan (panggilan), merekam atau menonton video, foto-foto, browsing dan update status tentang hal kecil sekalipun di jejaring sosial, dengan menggunakan ponsel. Hal-hal tersebut lambat laun “mengikat” orang untuk menjadi semakin bergantung dan tidak bisa jauh dari ponsel. Biasanya terjadi oleh usia 25.

 Apa itu Nomophobia??
Nomophobia adalah perasaan ketakutan (phobia) yang tiba-tiba muncul ketika anda tidak bisa mengakses kontak yang terdapat di telepon seluler. Baik itu karena daya baterai habis, tidak ada sinyal, atau kehilangan ponsel. Nomophobia, no-mobile-phone-phobia. Sederhananya adalah rasa takut kehilangan telepon genggam.

Aneh tapi nyata! Itulah faktanya yang mungkin sebagian besar dialami oleh orang-orang yang memiliki ponsel. Ketergantungan terhadap teknologi seakan menjadikan teknologi menjadi dewa, atau bahkan nafas bagi orang yang telah memilikinya. Sekalipun ada faktor lainnya yang menuntut seseorang harus seperti itu, tetapi jika tidak disikapi secara bijaksana, akhirnya dapat membunuh karakter dan mental secara perlahan.
Untuk mengetahui apakah anda termasuk ke dalam kategori yang Nomophobic, berikut ciri-ciri seseorang yang Nomophobia,  nggak ada salahnya kita kenali tanda-tanda Nomophobic :
- Mimpi kehilangan ponsel.
Apakah anda sering mendapat mimpi buruk kehilangan ponsel anda lalu terbangun dengan rasa panik untuk memastikan bahwa ponsel anda masih ada?
- Tidur dengan ponsel.
Ada orang yang tidak bisa tidur tanpa meletakkan ponselnya di bawah atau di sebelah bantal.
- Terserang rasa panik bila tidak menemukan ponsel.
Jika anda menaruh ponsel di tempat tidur dan tidak bisa menemukannya lagi. Ketika anda sadar bahwa ponsel anda telah hilang, apakah anda bereringat dingin dan merasa tidak dapat berbuat apa-apa? Sedikit panik adalah normal, tapi jika serangan paniknya berlebihan, waspadalah.
- Membawa ponsel ke kamar toilet.
Mungkin anda merasa takut mendapatkan panggilan penting yang harus segera anda jawab. Tapi jika tidak benar-benar penting, sebenarnya bisa saja anda bersikap tidak membawa ponsel anda ke dalam toilet kan? Namun jika anda bersikap seperti itu, kebiasaan tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam Nomophobic.
- Memiliki dua ponsel, atau lebih.
Sebagian orang memiliki dua ponsel untuk berjaga-jaga jika dirinya tidak dapat dihubungi dari ponsel yang satu lagi. Istilahnya, ponsel lainnya digunakan sebagai cadangan. It’s ok, namun jika terlalu khawatir sehingga harus menyimpan satu cadangan, itu adalah hal yang berlebihan.
- Mood berubah jelek ketika baterai ponsel menipis.
Banyak orang yang merasa cemas ketika mendapatkan baterai ponselnya hampir habis. Mereka merasa depresi dan kesal karena panik ponselnya akan kehabisan baterai.

Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto

Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 16 Agustus 1882 dan meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun. Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai bupati Ponorogo. Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai beberapa murid yang selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu Musso yang sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis. Namun ketiga muridnya itu saling berselisih. Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat Islam.