Pada tataran teori, dinasti politik bukanlah
sebuah kesalahan. Dinasti politik baru menjadi sistem yang harus diperangi jika
sebuah keluarga melakukan penguasaan sumber daya untuk keuntungan kelompoknya
sendiri. Sebab ini berarti bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi yang mengutamakan
kepentingan rakyat. Tapi jika ada beberapa kepala daerah yang kebetulan
bersaudara, namun benar-benar bekerja untuk kesejahteraan rakyat, tentunya
tidak salah.
Namun harus ada pembatasan melalui
undang-undang. Jika tidak, maka regenersi kepemimpinan tidak akan muncul dari
lingkaran lain. "Stok pemimpin ya itu-itu saja. Indonesia ini, jika
dibiarkan akan dikuasai tiga keluarga, yaitu keluarga Soekarno, Susilo Bambang
Yudhoyono dan Soeharto”. Selain regulasi, pengendali dinasti politik adalah
partai. Dalam hal partai politik harus memiliki standar baku dalam rekruitmen
dan promosi kader untuk memastikan semua orang punya hak yang sama dalam
kompetisi. Kalau SOP sudah diterapkan, dan yang terpilih tetap anggota
keluarga, ya berarti memang layak.
Sebuah keluarga bisa disebut sebagai
dinasti politik jika menjalankan birokrasi seperti perusahaan. Artinya,
melangkah secara serampangan tanpa memperhatikan peraturan.
Dinasti politik syah-syah saja, apabila dinasti itu
dibangun dengan niat dan tujuan untuk kesejahteraan rakyat. Atau tujuan yang
lebih tinggi lagi hanya mengharap ridha Allah itu sangat tidak menyalahi
aturan. Megawati Soekarno Puteri, walaupun tak semenonjol Ratu Atut, semasa
menjabat presiden juga membangun dinasti politiknya, tapi masih dalam batas kewajaran.
Di sinilah masalahnya, kadang orang tak sadar sudah melewati batas-batas
kewajaran.
Dinasti Atut mengawinkan birokrasi
dengan perusahaan dengan hampir semua anggota keluarganya terlibat dalam proyek
pemerintah . Yang membedakan dinasti politik dan politik dinasti ialah, Dinasti
politik mengacu pada aktor politik yang memiliki hubungan kekerabatan tanpa
memperhitungkan sistem politik dimana anggota dinasti itu memegang
posisi-posisi penting dalam pemerintahan. Sedangkan politik dinasti menunjuk pada
perilaku politik yang menggunakan ikatan kekeluargaan sebagai modal sosial
untuk mendapatkan atau menjalankan kekuasaan.
Dinasti politik bukan suatu penyimpangan, melainkan
lebih mencerminkan sebagai produk dari budaya politik masyarakat. Berbeda dengan
politik dinasti yang monopolistik dan jelas tidak sesuai dengan nilai-nilai
demokrasi.